Berita"Menari Bersama Zaman, Untuk Menarikan Zaman"

“Menari Bersama Zaman, Untuk Menarikan Zaman”

-

- Advertisment -spot_img

“Rapat Kerja adalah titik konvergensi antara idealisme dan realisme”, begitu pernyataan Dirjen Pendis Kementrian Agama RI, Prof Dr. H. M. Ali Ramdhani yang disampaikannya dalam acara pembukaan Rapat Kerja beberapa fakultas yang ada di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dilaksanakan di Hotel Horizon Pangandaran dari tanggal 29-31 Januari 2024.

Idealisme adalah sikap untuk memercayai bahwa langkah kerja yang akan dilakukan mesti bermuatan nilai-nilai idealis. Idealisme adalah visi, sebuah kenyataan “sempurna” yang dibayangkan dan menjadi titik tuju di depan sana. Tapi Dirjen mengingatkan bahwa sebuah idealisme tidak boleh jatuh menjadi sesuatu yang utopis. Sesuatu disebut utopis jika ia menjadi hanya angan-angan belaka yang mustahil untuk diwujudkan.

Supaya idealisme tidak terjatuh menjadi sesuatu yang utopis, ia mesti ditakar oleh realisme. Dirjen menjelaskan, bahwa penekanan pada realisme harus dibaca dalam kerangka pragmatisme. Bahwa idealisme tak akan memiliki makna apa-apa jika ia tak berjejak dalam realitas yang kongkrit. Pragmatisme dengan itu adalah sebuah keyakinan bahwa Rapat Kerja itu adalah strategi untuk merumuskan disertai proyeksi untuk mewujudkan rencana-rencana kerja yang memiliki “cash value” (nilai guna). Nilai-nilai realisme atau pragmatisme inilah yang terkandung dalam misi. Dengan ini, misi adalah siasat menerjemahkan visi menjadi sesuatu yang betul-betul memiliki makna dan berjangkar dalam realitas yang kongkrit.

Sebuah misi bisa dibayangkan sebagai “blue print” untuk tindakan-tindakan kongkrit yang direncanakan dan terukur untuk diwujudkan. Misi hanya akan menjadi misi an sich jika ia tak ditopang oleh tiga faktor penting. Menurut Dirjen, tiga faktor penting itu adalah Struktur, Kultur dan Sumber Daya. Pentingnya Struktur, Kultur, dan Sumber Daya dalam mewujudkan sebuah misi kerja sangatlah krusial untuk kesuksesan dan pencapaian institusi. Ketiga elemen ini saling terkait dan saling memengaruhi untuk menciptakan lingkungan kerja yang optimal.

Struktur yang baik membantu menentukan bagaimana pekerjaan dan tanggung jawab didistribusikan. Ini mencakup pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Adapun kultur berkontribusi dalam menciptakan dasar untuk nilai bersama dan norma-norma yang membentuk perilaku setiap orang. Nilai-nilai ini dapat memandu dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan, memberikan arah dan konsistensi dalam upaya mencapai misi. Dan akhirnya, keberhasilan sebuah intitusi sangat bergantung pada sumber daya manusia. Sumber daya adalah keterampilan, pengetahuan, dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia adalah aspek kunci dalam mencapai misi.

Di bagian kultur Dirjen memberikan penjelasan yang sangat rinci. Sebuah kultur meniscayakan beberapa hal pokok, Pertama, integritas, sebuah sikap tentang adanya kesesuaian antara kata dan tindakan. Dasar integritas adalah moral. Kedua, profesionalitas. Sebuah tindakan disebut profesional karena ia dibimbing oleh ilmu dan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Profesionalitas adalah juga kesadaran pengakuan tentang keterbatasan yang menjadi dorongan untuk melakukan kerja bersama (kolaborasi). Ketiga, inovasi. ini adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dan mengkhidmati hidup sebagai tantangan yang harus dihadapi dan dilibati. Keempat, tanggungjawab. Dalam konteks budaya kerja, tanggung jawab dapat diartikan sebagai kewajiban atau komitmen individu terhadap tugas dan peran. Dan, kelima adalah keteladanan. Dalam konteks pendidikan, menurut Dirjen, Perguruan Tinggi adalah pengawal peradaban. Sebagai pengawal peradaban, Perguruan Tinggi tidak hanya sanggup memberikan pengetahuan, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk karakter. Etika, nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial adalah aspek-aspek penting yang harus diperhatikan (Red).[]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest news

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah sebuah tindakan, melainkan nama. Konon, ia adalah nama sebuah suku...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya bahwa Affan Kurniawan, seorang driver ojol harus meregang nyawa di...

Postmodernisme dalam Lanskap Agama: Renungan Filsafat, Teologi dan Kehidupan Kaum Beriman

Prolog Ada masa ketika manusia percaya bahwa kebenaran seumpama “menara tunggal”. Ia menjulang tinggi, berdiri kokoh, tak tergoyahkan, semacam menara...

One Piece: Mimpi Kebebasan dan Kemerdekaan

Agustus kembali datang, seperti aliran waktu yang tak pernah lelah mengulang. Baligo, umbul-umbul juga bendera-bendera merah putih bermunculan, berkibar...
- Advertisement -spot_imgspot_img

Kelana Filsafat di Belantara Sains

"Filsafat adalah seni bertanya yang membuka, bukan ilmu yang menutup perkara." (Anonimous) Filsafat tidak lahir dari kepastian, melainkan hadir dari...

Retorika “Dari Bawah”

Seorang teman memperlihatkan potongan video kepada saya yang menampilkan Cak Imin yang mengatakan, “kalau ada yang tak tumbuh dari...

Must read

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya...
- Advertisement -spot_imgspot_img

You might also likeRELATED
Recommended to you