CelotehBermula Dari Kata

Bermula Dari Kata

-

- Advertisment -spot_img

Bermula dari kata. Peradaban manusia untuk sebagiannya adalah jumlah keseluruhan dari kata-kata yang disusun menjadi ide, teori dan proposisi. Manusia berkomunikasi dan bersosialisasi, kata lah jembatan penghubungnya. Manusia melambungkan doa mengetuk pintu Tuhan, kata lah media penyampainya. Tapi kata atau bahasa, bukan hanya sekadar alat sebagaimana dipahami filsuf analitik, orang semisal Gadamer bahkan meyakini jika kata adalah “rumahnya Sang Ada”. Pada kata atau bahasa manusia menjadi manusia.

Kata sebagai teori yang dikemukakan atau konsepsi yang disuguhkan pasti ada faedahnya. Melalui teori atau konsepsi realitas dapat dimengerti. Selubung misteri menjadi nampak dan jelas di hadapan manusia. Kabut ketidakmengertian bersalin rupa menjadi ilmu pengetahuan dan pemahaman. Sirnalah chaos, terbitlah logos. Tak lagi ditemui praduga dan syak wasangka.

Tapi hari-hari ini, seperti yang kita amati di media sosial, kata-kata tak seluruhnya mengungkapkan pemahaman bahkan kebijaksanaan. Ia malah berubah menjadi umpatan bahkan tuduhan. Orang mengeluarkan kata bukan untuk saling mengerti dan menghargai tapi malah menjadi muasal kebencian yang disebarkan: ghibah menjalar, fitnah menyebar. Kata seumpama sihir yang merubah manusia dari “homo sapiens” menjadi “homo brutalis”.

Kata-kata yang disemai bukan mendekatkan malah menjauhkan. Bukan menjadi media yang menyatukan justeru memisahkan. Bukan menjadi sebab keintiman dan saling mengerti malah menjadi pemantik yang saling mengasingkan dan menegasikan. Atas nama kitab suci dan kemurnian beragama, kata berubah menjadi telunjuk pengatur Tuhan yang hendak menertibkan sekalipun menyayat hati dan melukai perasaan.

Mengeluarkan kata-kata sejatinya adalah meresapi nasihat bijak yang menyatakan bahwa “ikhfadz lisanaka wakhtarij min lafdzihi falmar’u yaslamu billisanihi wa ya’tub”. Allahu a’lam[]

Previous article
Next article

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest news

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah sebuah tindakan, melainkan nama. Konon, ia adalah nama sebuah suku...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya bahwa Affan Kurniawan, seorang driver ojol harus meregang nyawa di...

Postmodernisme dalam Lanskap Agama: Renungan Filsafat, Teologi dan Kehidupan Kaum Beriman

Prolog Ada masa ketika manusia percaya bahwa kebenaran seumpama “menara tunggal”. Ia menjulang tinggi, berdiri kokoh, tak tergoyahkan, semacam menara...

One Piece: Mimpi Kebebasan dan Kemerdekaan

Agustus kembali datang, seperti aliran waktu yang tak pernah lelah mengulang. Baligo, umbul-umbul juga bendera-bendera merah putih bermunculan, berkibar...
- Advertisement -spot_imgspot_img

Kelana Filsafat di Belantara Sains

"Filsafat adalah seni bertanya yang membuka, bukan ilmu yang menutup perkara." (Anonimous) Filsafat tidak lahir dari kepastian, melainkan hadir dari...

Retorika “Dari Bawah”

Seorang teman memperlihatkan potongan video kepada saya yang menampilkan Cak Imin yang mengatakan, “kalau ada yang tak tumbuh dari...

Must read

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya...
- Advertisement -spot_imgspot_img

You might also likeRELATED
Recommended to you