CelotehACTA, NON VERBA!

ACTA, NON VERBA!

-

- Advertisment -spot_img

Apalah gunanya omongan jika ia tak bermetamorfosa menjadi tindakan dan kerja. Sekadar omong, ia mungkin tak akan mengubah apapun. Seumpama gema yang memantul, gaung juga raungnya bisa saja memecah telinga dan mencuri perhatian tapi sebentar kemudian ia segera hilang. Senyap.

Omongan bisa saja menggugah bahkan mungkin mengubah keadaan. Tapi sebagai susunan kalimat lisan ia tak akan bersifat kekal, ia bisa kehilangan magnet pesonanya jika ia tak berjejak dalam realitas yang kongkret.

Terlebih hari ini, rasanya kita terlalu banyak omong tanpa benar-benar merasa dan tepa selira. Berondongan omongan lebih terkesan basa-basi, tanpa isi dan substansi. Ia cenderung tergerus wabah kebiasaan yang tak lagi tulus

Lalu orang malas mendengar. Seumpama pepatah, “masuk telinga kanan, keluar telinga kiri”. Inilah kenapa dalam dunia tulis menulis berlaku dalil, “Verba volant, scripta manen” (ucapan menguap, tulisan menetap).

Ya, sekadar omong apa gunanya!

Kerja (labor), karya (work), lalu tindakan (action) adalah mekanisme yang bisa mengubah omong menjadi nyata. Dalam terang pikir Hannah Arendt ketiga ikhwal itu disebutnya sebagai “Vita Activa”. Disebut begitu, karena ketiga ikhwal ini adalah sesuatu yang niscaya bagi manusia. Ini juga yang menjadi “differentia specifica” manusia dengan hewan bahkan dengan kehidupan para dewa sekalipun.

Secara rigid, Arendt memang membedakan cara kerja ketiganya, bagaimana ia beroperasi dan memengaruhi kehidupan manusia. Misal, kerja dalam pemahaman Arendt adalah aktivitas manusia yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan biologis dan keberlangsungan hidup. Ia bersifat siklus karena terus dilakukan untuk mempertahankan hidup.

Karya adalah aktivitas yang menciptakan benda-benda lama dan dunia buatan manusia. Berbeda dengan kerja yang dilakukan untuk bertahan hidup, karya menciptakan sesuatu yang lebih permanen. Sedangkan tindakan adalah aktivitas manusia yang bersifat politik dan sosial yang terjadi dalam interaksi dengan orang lain di ruang publik. Pada tindakan ada keniscayaan hadirnya orang lain.

Tapi Vita Activa secara serampangan bisa saja kita katakan sebagai mekanisme yang membuat omongan menjadi penuh makna dan terhormat.

Kata harus diberi nyawa. Kerja, karya dan tindakanlah yang menghidupkannya. Acta, non verba!

Previous article
Next article

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest news

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah sebuah tindakan, melainkan nama. Konon, ia adalah nama sebuah suku...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya bahwa Affan Kurniawan, seorang driver ojol harus meregang nyawa di...

Postmodernisme dalam Lanskap Agama: Renungan Filsafat, Teologi dan Kehidupan Kaum Beriman

Prolog Ada masa ketika manusia percaya bahwa kebenaran seumpama “menara tunggal”. Ia menjulang tinggi, berdiri kokoh, tak tergoyahkan, semacam menara...

One Piece: Mimpi Kebebasan dan Kemerdekaan

Agustus kembali datang, seperti aliran waktu yang tak pernah lelah mengulang. Baligo, umbul-umbul juga bendera-bendera merah putih bermunculan, berkibar...
- Advertisement -spot_imgspot_img

Kelana Filsafat di Belantara Sains

"Filsafat adalah seni bertanya yang membuka, bukan ilmu yang menutup perkara." (Anonimous) Filsafat tidak lahir dari kepastian, melainkan hadir dari...

Retorika “Dari Bawah”

Seorang teman memperlihatkan potongan video kepada saya yang menampilkan Cak Imin yang mengatakan, “kalau ada yang tak tumbuh dari...

Must read

Amok dan Vandalisme: Luka Kolektif dalam Taman Kebersamaan

Vandalisme. Ia datang dari kisah sejarah. Mula-mula ia bukanlah...

Affan: Hilangnya Martabat Manusia

Hingga tulisan ini selesai dibuat, saya masih belum percaya...
- Advertisement -spot_imgspot_img

You might also likeRELATED
Recommended to you